SOTO HJ.MISDAR PURBALINGGA
Aroma rempah-rempah menguar di Warung Soto Haji Misdar di Jalan Ahmadi, Bancar, di depan Pengadilan Negeri Purbalingga, Jawa Tengah. Serombongan pekerja kantoran yang masih mengenakan baju olahraga menanti mangkuk-mangkuk soto tiba di meja mereka, mungkin untuk mengganti kalori yang terbakar.
Uap dari mangkuk itu masih terlihat mengepul. Baunya sedap menggoda. Apalagi ketika sambal kacang yang digerus kasar serta kecap manis dikucurkan.
Warung Soto Haji Misdar turun-temurun dijalankan keluarga Rasmudi, ayah Wartini, 52, yang kini mengelola warung tersebut. Nama Hj Misdar diambil dari suami Wartini.
''Kami memang mengambil nama Hj Misdar, sesuai nama saya setelah bersuami Haji Misdar. Usaha ini dirintis orangtua saya dan kemudian kami lanjutkan sejak 1982 lalu. Selama 30 tahun, saya sudah berpindah-pindah, tapi tetap saja pelanggan mencari,'' kata Wartini seraya mengisi belasan mangkuk dengan aneka isian.
Lazimnya, warga kota itu menyebut soto dengan sroto, sesuai dialek lokal yang populer disebut ngapak-ngapak. Mereka juga kerap melafalkan huruf e di belakang kata, semisal bapake (ayah). Wartini mengaku menggunakan resep turun-temurun orangtuanya. “Seluruh bahan harus baru dan masaknya pada pagi hari sebelum warung buka. Kami tidak pernah memasak pada malam hari dan kemudian disajikan pagi harinya. Sebab, rasanya akan sangat lain. Tidak segar,” ujarnya membuka rahasia sedap sotonya.
http://purbalingga-info.blogspot.com/2014/10/soto-misdar.html
http://purbalingga-info.blogspot.com/2014/10/soto-misdar.html
Selain warga Purbalingga, mereka yang tinggal di Purwokerto atau Banyumas kerap menyempatkan mampir saat bertandang ke kota itu. Padahal, di daerahnya, ada juga soto Sokaraja yang jadi legenda lokal. http://purbalingga-info.blogspot.com/2014/10/soto-misdar.html
No comments:
Post a Comment